21 December 2008

Rumah Baca, Haruskan Mengganti Nama?

Waktu kami memutuskan membuka perpustakaan publik, pilihan jatuh ke nama Rumah Baca. Karena kami sudah mencari tahu, tidak ada perpustakaan publik yang memakai nama ini di Cilegon, juga serang.

Kami juga cari di Internet, takutnya ada perpustakaan didaerah lain yang memakai nama ini. Tapi ternyata tidak ada, kecuali sekedar untuk nama blog.

Tapi ternyata, setelah kami cukup lama berdiri dan nyaman dengan nama ini, apalagi untuk kelas penggemar dan pecinta buku di Cilegon kami sudah cukup dikenal, tampaknya penggunaan nama Rumah Baca harus di evaluasi ulang.

Sekarang, kalau kami search di internet kata Rumah Baca, pasti akan di antar ke banyak link yang memakai Nama Rumah Baca, dan semuanya perpustakaan publik juga.

Di cilegon pun saat ini jadi muncul lagi dua Rumah Baca. Yang satu adalah entitas yang benar-benar baru dan terpisah jauh memang dari tempat kami. Tapi yang satu lagi, ini barang lama yang ganti nama, masih dalam satu lokasi kompleks yang sama dan bisa dicapai hanya dengan jalan kaki. Tadinya ini adalah penyewaan komik dengan nama warung buku, tapi sejak dua bulan lalu sudah ganti nama menjadi Rumah Baca.

Bukan ge-er, di kompleks PCI, memang sudah banyak yang tau RB, secara keanggotaan kami yang terus meningkat tiap bulannya. Mungkin atas pertimbangan bisnis mereka menggantin dengan nama yang sama dengan kami, sehingga orang yang mencari rumah baca, bisa saja nyasar ke tempat penyewaan komik.

Ini memang tidak mengkhawatirkan apalagi hingga kami anggap persaingan, mengingat kami memang nirlaba. Apalagi nama RB tidak pernah kami daftarkan sebagai badan hukum atau kami catatkan di Dirjen Haki, jadi siapapun bebas memakai nama ini.

Hanya sedikit tidak nyaman saja untuk kami, karena terlalu banyak yang memakai nama tersebut. Membuat kami merasa nama itu tidak unik lagi.

Jadi kami harus bagaimana, ganti nama atau tetap dengan nama itu? Mohon masukannya ya.

Jelang Setahun Rumah Baca

Sebentar lagi, usia RB hampir genap setahun. Kami tentu saja sangat bersyukur hingga detik ini masih mampu bertahan untuk membuat RB tetap buka. Ya, bersyukur, karena tidak mudah bagi kami saat ini untuk mempertahankan RB tetap  buka.

Bukan hanya sekali tercetus pikiran untuk menutup saja RB, setidaknya hingga kami benar-benar mapan dan siap. Tapi cepat-cepat kami buang pikiran tersebut. Jika sekarang kami tutup, bisa saja RB tidak akan pernah buka lagi. Karena kami bisa saja terlalu mapan dan lupa dengan impian awal ini.

Sebenarnya, apa sih masalah yang memberatkan kami? Apa kami tidak mampu lagi membeli buku-buku untuk menambah koleksi RB?

Sebenarnya itu tidak pernah menjadi masalah buat kami. Hingga saat ini, koleksi buku RB telah mencapai angka 1500an judul, belum termasuk koleksi majalah yang memang tidak kami data. Tiga rak yang kami punya saat pertama kali membuka RB bahkan tidak lagi mencukupi, hingga banyak buku yang ditumpuk begitu saja dilantai.

Masalah yang pertama kali mengganjal hati kami adalah buku-buku yang hilang atau rusak. Setiap bulan, ada saja buku yang hilang dari daftar kami. Tapi untuk masalah ini kami bisa menghibur diri dengan mengatakan, "pasti orang itu sangat mencintai buku dan ingin sekali memilikinya, hingga sulit untuk mengembalikannya." Yah, cinta memang membuat kita selalu ingin memiliki apa yang kita cintai.

Yang mengesalkan jika buku kembali dalam keadaan rusak, entah penuh lipatan disana-sini, coretan tinta, atau sobek kecil hingga jilid yang rusak. Sebenarnya bagaimana sih mereka membacanya? 

Masalah paling mengganjal adalah saat ini kami tidak bisa maksimal dalam memberi pelayanan.

Ya, sejak adik ipar diterima kerja beberapa bulan lalu, RB hanya bisa buka sejak pukul 4 sore, saat Istri saya pulang dari sekolah. Yang menjadi masalah, saat ini usia kandungan Istri sudah memasuki bulan ke tujuh. Seharusnya pulang kerja ia bisa istirahat tenang sejenak, karena malam harinya pasti didatangi siswa-siswinya yang ingin belajar tambahan. Tapi ini harus dipusingkan dengan kunjungan anggota RB yang rata-rata masih dibawah umur, cerewet dan berisik. Saya sendiri tidak bisa membantu apa-apa, karena masih harus menetap di Bandung.