10 September 2012

Belajar Kritik Fiksi Part 1

"Kritik itu mudah. Tapi, bagaimana melakukan sebuah kritik yang baik, ini yang jadi persoalan.”


Kau curahkan seluruh energi dan jiwamu untuk menulis sebuah cerita. Siang dan malam bergulat dengan huruf dan kata-kata, mencoba memberi nafas kehidupan pada tokoh-tokoh ciptaanmu, hingga akhirnya satu hari ceritamu selesai. Kemudian, dengan menguatkan hati, kau mengambil langkah berani selanjutnya - membiarkan orang lain untuk membaca karya tersebut, mungkin keluarga, teman, penulis lain atau editor.

Saat mereka mulai membuka lembar halaman pertama, dalam benakmu pasti penuh dengan berbagai macam lintasan pikiran atau pertanyaan, Apa ini maha karyamu? Apa semua teori tentang menulis sudah kau praktekan dengan baik? Apa ini akan jadi best seller? Tapi kau sudah mencurahkan yang terbaik untuk ini.

Perasaan itu pasti seperti berdiri menunggu keputusan hakim didepan pengadilan. Apa keputusannya adalah, 'Tidak Bersalah'? Lalu terdengar tepukan riuh dari seluruh pengunjung sidang yang memberi selamat.

Atau - kau akan mendengar vonis - 'BERSALAH untuk tulisan yang jelek'?

Tapi tunggu, sebelum terburu-buru menemui hakim dan meminta vonis, kenapa tidak kita lakukan lebih dulu kritik personal terhadap karya kita?

Loh, tidak subjektif donk? Tidak apa, ini memang bagian dari persidangan, mengumpulkan bukti-bukti yang akan menguatkan kita saat persidangan nanti. Setidaknya, kita bisa tahu, pertanyaan apa yang akan di ajukan nanti.

Begini, melakukan kritik itu mudah, karena kita memang dilahirkan dengan naluri untuk mengkritik. Persoalannya, bagaimana melakukan kritik yang baik, terutama untuk karya sendiri.

Seorang penulis profesional atau yang bermimpi menjadi profesional akan membekali diri dengan pengetahuan bagaimana untuk membuat tulisan yang baik dan benar. Sisi lain dari pengetahuan tentang menulis dengan baik ini adalah bagaimana melakukan kritik dengan profesional - sangat detail, mendalam, sistematis, menukik dari setiap sudut, hingga kelemahannya terbuka dan jelas terlihat.

Berikut ini beberapa point dan pertanyaan dari berbagai aspek penulisan fiksi yang mungkin berguna saat melakukan kritik. Tentu saja ada berbagai macam gaya mengkritik, daftar dan pertanyaan-pertanyaan ini hanyalah sebagai pisau analisis, bukan peraturan yang harus diterapkan dengan ketat.

Jadi, jika lain kali kau merampungkan karyamu, sisihkan sejenak didalam laci meja untuk beberapa hari. Pergilah bersenang-senang, kau memerlukan itu. Kemudian, ambil kembali karya tersebut, lalu kenakan ikat kepala bertuliskan kritikus, dan ajukan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini pada karyamu.

Proses Kritik

Jangan membaca kritik lain tentang cerita yang akan kita kritik. Ini akan membuat kita bias, penulis tentunya ingin mendengar pandangan kita yang jernih dan kesan pertama kita apa adanya.

Tuliskan kesan kita sebagai pembaca, apakah cerita itu menarik sejak paragraf pertama? Apa kita menikmati membaca naskah tersebut? Kira-kira, tipe orang seperti apa yang akan menyukai buku ini? Apa menurutmu cerita atau buku itu punya nilai jual?

Jangan lupa memberikan masukan, apa yang harus dirubah atau diperbaiki. Ingat, tujuan dari kritik hanya ada dua: (1) mengidentifikasi kelemahan dari karya tersebut dan (2) menawarkan nasihat membangun pada penulis yang mungkin akan membuat karyanya menjadi lebih baik. Menjelekkan sebuah cerita tanpa memberi sesuatu yang bermanfaat bagi penulis sangatlah tidak profesional.

Jika mungkin, berikanlah contoh perbaikan. Dengan memberikan contoh bagaimana sebaiknya menurut pendapatmu membuat maksud kita menjadi lebih jelas diterima.

Pujilah saat harus memberi pujian. Jangan lupa memberi beberapa komentar positif terhadap karya, saat penulis melakukan hal yang menurutmu sangat bagus.

Kritiklah karyanya, jangan penulisnya. Fokuskan perhatian pada cerita yang ditulis, jangan pernah mengomentari pribadi penulis. Sebagai penulis, kita tentunya ingin karya kita yang dikritik, bukannya kepribadian.

Tanya dirimu sekali lagi – sebelum mempublikasikan sebuah kritik: Apakah ini adalah contoh bagaimana aku ingin diperlakukan sebagai seorang penulis?

Hal Yang Perlu Di Perhatikan


  1. Pembukaan
  2. Konflik
  3. Plot
  4. Setting
  5. Karakter atau Penokohan
  6. Dialog
  7. Sudut Pandang
  8. Katakan vs Ceritakan
  9. Format Naskah
  10. Tata Bahasa
  11. Genre

Ups, sepertinya terlalu panjang. Kalau begitu pembahasan tentang apa saja yang perlu diperhatikan saya sambung di Belajar Kritik Fiksi Part 2.

See you..

No comments:

Post a Comment