06 February 2008

Tentang Tanggung Jawab


Saat bermimpi tentang rumah baca, juga ketika pertama kali membukanya, yang terlintas hanya berbagi buku-buku yang kami miliki kepada publik. Belakangan kami baru sadar, bahkan untuk berbagi sekalipun memerlukan tanggung jawab.

Begini ceritanya...

Minggu lalu, kami beberapa kali terpaksa menutup rumah baca karena urusan pribadi, pengen jalan-jalan :p

Ya, jalan-jalan. Memangnya kenapa kalau kami pengen relaks dan istirahat dari rutinitas sehari-hari, pikir kami. Toh kami tidak dapat keuntungan apa-apa dari Rumah Baca ini, cuma kerja sosial. Mau tutup dan buka kapan pun terserah kami kan?

Begitu batin kami membela diri...

Ternyata, ketika buka keesokan harinya, bocah-bocah SD dan SMP sekitar yang menjadi para pengunjung setia Rumah Baca memprotes kami dengan wajah-wajah yang memelas.

"Kaka, ko tutup mulu sih. Kemarin saya berapa kali bolak-balik kesini." Keluh salah satu anak.

Srett...
Seperti di iris-iris hati kami mendengar keluhan yang keluar dari wajah memelas bocah-bocah itu.

Ya, Tuhan...
Apa sih yang kami pikirkan, membiarkan dahaga bocah-bocah itu terhadap buku tidak terpuaskan hanya karena ingin memenuhi hasrat diri untuk berlibur dan bersenang-senang. Awalnya, kami yang mengundang mereka datang dan membaca, kini ketika mereka terus datang dan membaca, masa harus kami tolak hanya karena kami ingin sedikit memanjakan diri.

Tapi mau bagaimana, kadang urusan-urusan pribadi juga memiliki hak untuk dipenuhi.

Solusi satu-satunya, mungkin kedepan kami akan menggunakan tenaga sewaan untuk menjaga konsistensi jam buka Rumah Baca. Tapi untuk itu, kami harus segera mencari sumber-sumber pemasukan dana untuk operasional Rumah Baca. Tanpa membebani para anggota dan pengunjung tentunya.

Ya, kedepan mungkin Rumah Baca akan membuka beberapa unit usaha untuk menunjang operasionalnya. Jadi kami bisa tetap santai dan sesekali menikmati liburan, tanpa harus mengecewakan para pengunjung setia Rumah Baca.