14 September 2012

10 Tips Menulis Cerdas

Dalam dunia digital yang makin berkembang ini, informasi apapun bias didapatkan di internet. Sayang, informasi tersebut sebagian besar tidak bermanfaat dan tidak ditulis dengan baik. Setiap orang bisa mempublikasikan tulisan dengan mudah, kapanpun, dimanapun, tanpa teknik menulis yang baik dan tidak harus melewati ‘pisau bedah tajam’ editor.

Di era penerbitan konvensional, editor bertanggung jawab memisahkan naskah yang baik dari yang buruk. Dalam bentuk idealnya, merekalah yang menciptakan standar, mana tulisan yang layak di konsumsi, mana yang tidak layak.

Kemudahan dalam mempublikasikan tulisan di internet membuat keadaan yang disebut information overload, perlu ketelitian, kejernihan dan metode yang tepat untuk memilah mana informasi yang tepat, mana yang palsu, mana tulisan yang masih mentah, mana yang layak terbit. Sayangnya, editor tidak mampu menjangkau wilayah digital yang bebas dan terbuka ini.

Menjadi  tugas dan tanggung jawab moral penulis yang mempublikasikan karyanya di Internet untuk memberikan tulisan yang benar dan layak baca. Penulis harus mampu menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan dengan lugas, kemudian beralih baju dari seorang penulis menjadi seorang editor yang dengan tega memotong atau memutilasi naskahnya kemudian merangkainya kembali menjadi satu tulisan yang utuh.

Inilah sepuluh tips menulis yang akan membantu kita saat menulis dan mengedit sendiri tulisan kita:

1.       Potong bagian yang membosankan.

Baca lagi, lagi dan lagi naskah kita untuk menemukan bagian-bagian yang membosankan, tidak perlu dan tidak menarik kemudian hapus.

Kecuali kita menulis jurnal harian yang tidak akan dibaca siapapun, kita harus mempertimbangkan perhatian pembaca terhadap naskah kita. Tidak ada gunanya mempublikasikan hal yang tidak menarik dan tidak bermanfaat.

2.       Hilangkan kata-kata yang tidak perlu.

Saya dulu merasa penggunaan kata-kata seperti ‘Benar-benar’, ‘sebenarnya’, atau ‘sangat’ dapat membantu memperkuat tulisan kita. Tidak. Itu hanya pemborosan. Buang dan jangan pakai lagi.

3.       Menulis dengan hati.

Sudah jelas, jika kita menulis tanpa hati atau gairah, bagaimana bisa mengharapkan orang lain membaca tulisan kita dan tersentuh karenanya.

4.       Beri warna pada tulisan.

Tidak salah memang menuliskan segala sesuatu apa adanya tanpa ‘bumbu penyedap.’ Tapi jika kita ingin menarik perhatian pembaca, menggunakan perumpamaan, metafora dan penggambaran yang jelas menciptakan respon emosional yang kuat.

5.       Intinya tetap sederhana.

Banyak orang yang menganggap, tulisan yang baik itu tulisan yang panjang, hingga berlembar-lembar. Akibatnya, banyak penulis yang menghias tulisannya dengan kata-kata yang berliku-liku dan penuh taburan bunga. Kenyataannya, lebih sulit (namun efektif) untuk mengekspresikan diri sesederhana mungkin, apa adanya.

6.       Lakukan dengan penuh cinta.

Jangan berpikir tentang uang saat menulis. Saat kita mulai menulis, sulit memutuskan dari mana harus memulai. Jadi jangan berpikir. Mulai saja menulis. Blog merupakan media yang tepat untuk memulai. Saat kita mendapatkan respon balik dari pembaca blog, itulah hal yang paling berharga.

7.       Belajar menerima kritik.

Menulis (di internet)berarti menempatkan diri kita dalam belas kasihan penghujat dan kritikus paling kejam tanpa identitas. Belajar untuk terbiasa menyikapi kritik sekasar apapun, dan pergunakan itu sebagai bahan bakar untuk memperbaiki diri dan tulisan.

8.       Menulis setiap saat.

Untuk bagian ini, saya akan meminjam kata-kata dari para maestro.
Kuantitas menghasilkan kualitas. Jika kau hanya menulis beberapa hal, kau tamat
~ Ray Bradbury

Caramu mendefinisikan diri sebagai seorang penulis adalah dengan menulis setiap saat diwaktu luangmu. Jika kau tidak melakukan itu, kau tidak akan melakukan apapun.
~ John Irving

9.       Tulis apa yang kau tahu, atau ingin ketahui.

Menulis adalah tentang kepercayaan. Yang terbaik adalah menulis tentang wilayah yang jadi keahlian kita, jika kita tidak punya keahlian, membaca dan menulis adalah cara terbaik untuk mengembangkannya.

10.   Jadilah unik dan berbeda.

Meniru karya para maestro adalah cara terbaik untuk belajar, tapi untuk menjadi seorang ahli, kembangkanlah cara kita sendiri. Meniru yang sudah ada tidak akan pernah membawa kita kemana-mana.

Bereksperimenlah dengan gaya baru, walau itu artinya mengundang kritik. Tanpa bergerak maju, kita akan tertinggal dibelakang.

13 September 2012

Resensi Buku: Katie John

Cover Buku Katie John
Cover Buku "Katie John"





Judul Buku : Katie John
Penulis : Mary Calhoun
Level Pembaca 8 tahun keatas
Bahasa Inggris
Penerbit : HarperCollins
Tahun : Januari 1960
Tebal : 144 halaman


Katie John Tucker telah menunggu seumur hidup untuk segera berumur 10 tahun, usia yang diizinkan untuk bisa mengikuti perkemahan musim panas di kotanya, California. Alih-alih menghabiskan musim panas di perkemahan bersama teman-teman sekolahnya, Katie malah harus melewati musim panas di rumah tua besar yang diwarisi ibunya dari nenek Emily, di satu kota kecil Missouri.

Ternyata, hari-harinya tidak suram seperti yang dibayangkan sebelumnya, Katie mendapatkan kesenangan musim panas dalam bentuk lain. Bersama teman barunya, Sue Halsey,  ia menjelajahi rumah tua warisan nenek Emily tersebut dan menemukan banyak hal menarik disana. Bersama Sue, ia mendirikan komunitas untuk melakukan kebaikan secara rahasia

Hingga akhirnya musim panas berakhir, dan Katie dituntut untuk lebih bertanggung jawab dan bersikap dewasa lebih dari sebelumnya, Ia ikut berperan dalam menentukan masa depan keluarganya.

Miss Crackenberry, tokoh antagonis di novel ini menyebutnya keras kepala, sifat yang membuatnya berkali-kali harus terlibat masalah; mulai jari terjepit di tabung bicara di tembok, terperangkap di dumb waiter ­–sejenis lift untuk mengirim makanan dari dapur di basement ke ruang makan di lantai atas, terjepit di celah jembatan saat ingin menjahili teman prianya, hingga terperangkap diatas rakit di tengah sungai.

Setting yang dibuat penulis benar-benar dipersiapkan untuk sebuah petualangan ‘besar’ – bagi seorang anak berusia sepuluh tahun yang selalu penasaran. Rumah tua besar dengan tiga lantai dan banyak kamar yang penuh rahasia menarik, menemukan (kemungkinan) tulang manusia di halaman, terjepit di jembatan, bermain rakit dengan anak-anak ‘liar’ dan memulai klub rahasia dan misterius dengan nama ‘Tanda Tangan Hitam.’

Novel ini juga dipenuhi dengan humor-humor segar, misalnya ketika ia melempari ayam dengan telur-telur busuk karena kesal gagal menangkapnya, atau bagaimana ia menjahili Miss Crackenberry yang menjengkelkan, kesalahan memasukan bubuk sabun –seharusnya gula– saat membuat limun, atau saat ia hampir membakar satu kamar sangat menghibur

Walau Katie biasanya melakukan kenakalan, terlibat masalah hingga sering harus meminta maaf karena kelakuan kesalahannya, namun ada kejujuran dan kehangatan dari karakternya. Misalnya, saat Katie bersikap menjengkelkan pada Janet (kakak Sue) untuk memberinya pelajaran, tapi ketika Janet panik dan kehilangan rasa percaya diri saat bersiap untuk pesta dansa pertamanya, Katie lah yang meyakinkan Janet kalau ia sangat-sangat cantik.

Pembaca muda akan senang dengan Katie John yang tomboy, impulsif namun hangat. Selalu terlibat masalah mungkin, tapi, anak-anak memang senang terlibat masalah dan belajar dari sana. Saya teringat dengan Tom Sawyer dan Huckleberry Finn, dua sahabat yang menemani saya tumbuh dewasa waktu kecil, Katie memiliki kesamaan dengan mereka, sama-sama memiliki imajinasi liar dan keinginan bertualang yang kuatpetualangan yang besar, juga kepala yang sama kerasnya. Tanpa sadar, saya membayangkan ketiganya bertemu dan bermain bersama, kira-kira kekacauan seperti apa yang akan mereka lakukan?

Novel Katie John ini merupakan seri pertama dari empat buku, sayangnya saya hanya mendapatkan seri yang ini. Akan menyenangkan sekali jika punya keempat seri-nya sebagai koleksi, menemani Tom Sawyer, Huckleberry Finn, Lima Sekawan dan Trio Detektif.

11 September 2012

8 Nilai Positif Membaca Novel

Membaca adalah pengalih perhatian dari dunia nyata menuju dunia fantasi/ imajinasi. Terlebih jika yang kita baca artikel menarik dari penulis yang baik atau buku yang berisi kisah petualangan dan fantasi. Kita bisa menjelajah seluruh dunia tanpa harus beranjak sedikitpun dari tempat duduk, atau menciptakan dunia kita sendiri.

Membaca bisa sejenak mengalihkan kita dari stress akibat pekerjaan atau tugas sehari-hari, menyegarkan pikiran sekaligus membuat kita menemukan berbagai perspektif dan pengetahuan baru, atau mungkin saja, sebuah pencerahan.

Membaca novel selalu lebih baik dibandingkan menonton TV, karena itu membuat pikiran kita selalu aktif, mampu meningkatkan kemampuan verbal kita dengan penambahan beragam kosa-kata baru. Dibandingkan menonton TV, selama membaca kita bisa sambil melakukan perenungan terhadap isi bacaan kita, hal yang sulit dilakukan saat menonton TV. Dan karakter di dalam buku pastinya selalu lebih baik dan hidup dibandingkan karakter-karakter didalam film.

Buku yang baik akan membawa kita mengarungi dunia sekaligus pengembaraan batin/moral yang mungkin tidak akan pernah kita alami kecuali dengan membaca buku. Maksudku, berapa banyak diantara kita yang bisa dan sanggup merasakan beratnya perjuangan politik Gandhi untuk demokrasi? Atau pernahkah kita merasakan perjuangan para penjelajah saat berusaha menemukan dan menaklukan dunia-dunia baru?

Kalau kamu belum pernah membaca novel yang baik namun mulai mempertimbangkan apa keuntungan yang bisa didapat jika mulai membaca novel sekarang, inilah sesuatu yang harus anda ketahui tentang membaca:

1. Meningkatkan Kreativitas

Jika bergerak di bidang industri kreatif misalnya blogger, desain grafis, fotografi dan lainnya, kita akan dituntut untuk selalu memiliki ide-ide segar dan baru. Membaca novel atau bacaan-bacaan populer lainnya akan membuat kita tetap kreatif; menyalakan ide-ide baru untuk iklan yang sedang kamu buat, membantu menemukan gagasan desain grafis baru yang kreati atau ide untuk tulisan-tulisan blogmu.

2. Menjadi Lebih Cerdas dan Percaya Diri

Ya, orang yang membaca buku tentunya akan lebih cerdas dan juga percaya diri. Bayangkan kita berada dalam satu ruangan dalam suasana santai atau non formal, berbicara dengan teman, klien atau atasan tentang novel laris, baru, atau bahkan yang klasik. Ini akan membantu menciptakan kesan pertama yang baik. Kita akan tampil berbeda dengan orang lain yang ada diruangan itu, tentunya dengan cara yang positif.

3. Meningkatkan Penguasaan Kosakata

Mungkin saat ini kita sedang mempelajari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Nah, membaca novel dalam bahasa tersebut akan membantu meningkatkan penguasaan kosa kata kita. Untuk memudahkan membaca, biasanya kita akan menyiapkan sebuah kamus disebelah kita sebagai referensi jika menemukan kata-kata yang asing dan sulit. Dan membaca novel tentunya cara belajar yang mengasyikan dibanding harus membaca kamus secara langsung dan menghapalkan isinya berulang-ulang.

4. Tidak Ada Waktu Nganggur

Banyak buku yang kini sangat kecil dan ringan hingga bisa dibawa kemanapun tanpa membebani. Kamu tidak akan punya kesempatan untuk menganggur, saat jam istirahat kantor, di bis dalam perjalanan pulang, perjalanan jauh keluar kota, bahkan saat menunggu kedatangan pacar di kedai kopi favoritmu.

5. Pelarian Yang Baik

Saat kamu sedang cemas, kesepian atau galau tingkat akut, membaca adalah obat yang sangat ampuh. Kamu akan kagum dengan seberapa cepat kamu bisa meredakan dan melupakan apa yang mengganggu pikiranmu. Setelah membaca, kamu mungkin akan merasa lebih segar, terinspirasi dan kadang itu sangat memotivasi.

6. Kemewahan Yang Murah

Sebagian orang berpikir untuk bersenang-senang harus selalu menghabiskan uang banyak; pergi liburan ke pulau eksotis, melakukan perawatan spa, pergi ke salon, berbelanja ke mall, menginap di resort dan lainnya, tapi sebuah novel hanya menghabiskan beberapa puluh ribu rupiah saja dan ini sudah cukup memberimu hiburan dan istirahat selama beberapa jam. Kamu bisa berkunjung ke setiap tempat yang tidak setiap orang bisa datangi, bertemu dengan banyak orang dengan beragam karakter dan belajar banyak dari sebuah cerita. Membaca novel seperti menciptakan liburan ke negeri ajaib.

7. Membuat Kita Aktif Selama Bersantai

Membaca adalah jenis relaksasi aktif, pikiran kita akan menyatu dengan cerita,  membuatnya sibuk menafsirkan lembar demi lembar halaman, dan merubahnya menjadi satu gambaran mental yang hidup dan nyata. Ini lebih menenangkan daripada menonton televisi.

8. Menjadikan Pandangan Hidup Selalu Positif

Membaca karya penulis laris dapat memberi cara pandang baru terhadap hidup kita, mungkin kamu akan bertemu tokoh dari buku yang memiliki karakter sama denganmu, dan belajar darinya untuk menemukan kekuranganmu dan memperbaikinya

Selain itu, cerita dalam novel selalu tentang keberanian, dan itu akan menginspirasi kita untuk menghadapi setiap masalah yang menghadang dalam kehidupan. Membuat kita berani untuk mencoba hal-hal baru dalam hidup, melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan menunjukan bagaimana indahnya kehidupan dan cara menjalaninya dengan sepenuh hati.

Jadi tunggu apa lagi, sisihkan sedikit rupiah dari uang jajanmu, pergi ke toko buku terdekat, pilih beberapa judul buku atau novel yang menarik minatmu, dan habiskan beberapa jam untuk berkelana ke negeri ajaib.

10 September 2012

Belajar Kritik Fiksi Part 2


Oke, seperti kujanjikan sebelumnya, pembahasan kali ini tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kritik fiksi. Ini bukan aturan baku yang harus benar-benar dipraktekan dengan ketat, tapi dengan mengetahui hal ini, setidaknya kita yang sedang belajar dan mengasah pisau kritiknya tahu harus memulai dari mana? Sementara itu, silahkan untuk yang belum sempat membaca Belajar Kritik Fiksi Part 1.

Untuk yang sudah membaca bagian pertama, silahkan lanjutkan dengan artikel bagian kedua.

Hal Yang Perlu Di Perhatikan


Pembukaan

Apakah beberapa kalimat atau paragraf pembuka berhasil memikat perhatian kita? Apa hal itu sudah memuat permasalahan yang dihadapi tokoh utama? Hal ini penting, karena pembukaan yang baik bisa membantu penjualan sebuah buku. Jangan lupa, kita seringkali menilai sebuah buku dari beberapa kalimat atau paragraf awal. Ini sering jadi pertimbangan kita apa akan membeli buku tersebut atau tidak. 


Konflik

Konflik menjadi penting untuk diperhatikan, disinilah letak daya tarik sebuah cerita.  Bagaimana pemetaan konflik antar tokoh cerita yang dilakukan penulis? Adakah konflik emosional didalamnya? Karena ini sangat disukai oleh pembaca. Apakah terlalu banyak atau malah kurang konflik dalam cerita tersebut? Bagaimana penulis mempresentasikan konflik tersebut, dan tentunya menjadi penting, bagaimana ia menyelesaikannya.


Plot


  1. Apa plot yang disajikan sudah sangat jelas dan bisa dipercaya.
  2. Apa karakter utama mampu mendefinisikan masalah yang harus dipecahkan? Apa menurutmu diakhir cerita seharusnya tokoh utama mampu menyelesaikan permasalahannya atau ia harus menerima dan hidup dengan segala permasalahannya.
  3. Bisakau kau memahami dengan cepat dimana lokasi dan dan kapan waktu cerita berlangsung?
  4. Apa cerita dimulai di tempat yang tepat? Apa diakhiri di tempat yang tepat?
  5. Apa ada bagian cerita yang seharusnya tidak perlu ada?
  6. Apa terlalu banyak flashback yang merusak konsentrasi membaca?
  7. Jika ini cerpen, apakah terlalu banyak sub-plot? Jika ini novel, bisakah lebih memberi perhatian pada sub-plot atau menambah lebih banyak sub-plot? Atau sebaliknya, terlalu banyak sub-plot dan membuatmu menjadi bingung terhadap benang merah cerita?
  8. Apa setiap sub-plot memang diperlukan? Apa keberadaannya disana memang dibutuhkan oleh cerita? Atau mungkin penulis hanya memasukannya untuk menambah kompleks cerita saja.
  9. Alur: Apa Plot dan sub-plot bergerak dengan alur yang baik untuk menjaga pembaca tetap fokus?
  10. Resolusi konflik: Apakah penulis menyelesaikan konflik dengan cara yang rasional? Apakah ia membiarkan kita bingung dan bertanya-tanya apa yang terjadi? Saat selesai, bagian mana yang menurutmu perlu mendapat penjelasan? Jika penulis meninggalkan konflik yang tidak diselesaikan, apa ini indikasi akan ada cerita lanjutan?

Setting

Ini sangat rumit dan harus disesuaikan dengan karakter pembaca saat naskah dipublikasikan. Misalnya deskripsi, pembaca di masa lalu mungkin tidak keberatan dengan pendeskripsian background cerita yang sangat detail dan lengkap hingga seolah kita berada disana langsung dan melihat seluruh bagian lokasi cerita hingga kesudut-sudutnya, tapi untuk pembaca modern, mungkin akan menjadi bertele-tele dan membosankan. Juga perlu diperhatikan apakah pendeskripsian ini dilakukan dengan cara yang klise.Apa penulis mampu meyakinkan kita dengan baik kalau karakter di tempat dan waktu tersebut akan berperilaku seperti yang digambarkannya?


Karakter atau Penokohan

Apakah tokoh-tokohnya terlihat nyata? Ataukah karakter utamanya terlalu stereotip dan satu dimensi Apakah fakta-fakta tentang karakter ini akurat? Apa kau mendapatkan gambaran yang baik tentang budaya, periode sejarah, lokasi dan pekerjaan tokoh utama? Apakah paradoks tentang emosi, perilaku dan nilai karakter sudah cukup, atau terlalu berlebihan? Latar cerita, apakah mengalihkan perhatian kita karena penulis seolah ingin mengenalkan informasi dan latar belakang karakter sekaligus atau kita belajar tentang karakter sedikit demi sedikit dari informasi yang kita temukan disana-sini? Apa ada perkembangan karakter atau emosi tokoh?

Apa cerita akan lebih baik jika ditambahkan beberapa detail informasi tentang tokoh, atau lebih baik dengan mengurangi beberapa bagian?Apa ada karakter jahat disana? Apakah ia sangat jahat hingga menyerupai kejahatan iblis dan hanya satu sisi saja, seperti tokoh jahat dalam kartun? Apakah tokoh ini memiliki nilai-nilai baik dalam dirinya? Apa mereka memandang diri mereka sendiri sebagai seorang pahlawan?Setiap pembaca tentunya memiliki selera sendiri seperti apa karakter yang mereka sukai, cerita ini memiliki terlalu banyak atau kurang berkarakter menurutmu?


Dialog

Apakah dialog yang dilakukan para tokoh sudah sesuai dengan karakter mereka? Apa terlalu banyak atau kurang dialog menurutmu ? Adakah karakter yang senang berbicara panjang secara monolog? Apa kau bisa merasakan ketagangan, konflik, sikap dan keinginan setiap karakter dari dialog mereka tanpa penulis harus memberitahukannya padamu? Apa dialog terlihat seperti pembicaraan sehari-hari dengan semua kalimat tak utuh, jeda, pengulangan, klise dan lainnya yang mengganggu? Apa setiap karakter punya irama sendiri, atau aksen jika perlu? Dalam dialog, apa kamu bisa mengatakan siapa yang sedang berbicara jika tidak ada nama atau jenis kelamin yang disebut dalam kalimat?


Sudut Pandang

Sudut pandang seperti apa yang digunakan penulis untuk bercerita? Apakah pilihan sudut pandangnya sudah tepat untuk cerita yang disampaikannya? Jika beberapa sudut pandang digunakan sekaligus, apakah perubahannya membuatmu bingung?


Katakan vs Ceritakan

Metode seperti yang digunakan oleh penulis, apa ia mendeskripsikan apa yang dilihat dan rasakan oleh tokoh, misalnya: suara, bau-bauan, sentuhan, rasa? Atau penulis hanya mengatakan padamu kalau makan malamnya sangat enak? Apakah penulis menggambarkan bagaimana sikap tokohnya? Apa kita punya kesempatan untuk menafsirkan apa yang dirasakan oleh tokohnya atau hanya diceritakan apa yang sedang dirasakan oleh sang tokoh?


Format Naskah

Bagian ini bersifat teknis visual dan tidak terlalu berhubungan langsung dengan penulis tapi sebagai sebuah buku ini menjadi bagian penting untuk pembaca,  apakah buku itu mudah dibaca? Apa paragrafnya terlalu panjang atau kurang margin?


Tata Bahasa

Apa kalimat yang digunakan sudah efektif? Apa terlalu banyak kesalahan bahasa, penggunaan istilah yang tidak tepat dan lainnya? Terlalu banyak kesalahan akan mengurangi kenikmatan dalam membaca. Apa ada banyak kata-kata klise? Apa penulis menggunakan teknik melodrama dalam menuliskan dialog-dialognya?


Genre

Kamu mungkin ingin mengomentari pemilihan genre cerita oleh penulis, bagaimana ia menuliskan genrenya, apakah teknik menulisnya mampu menghidupkan genre cerita yang dipilihnya?


Itulah, hal-hal yang harus kita perhatikan saat mengkritik sebuah fiksi. Selain itu, dalam artikel kritik nanti, ada baiknya kalau kita memberitahu penulis kalau genre yang dipilihnya bukanlah genre favorit kita. Ini akan memudahkan mereka memahami sudut pandang kita dalam melakukan kritik. Hal yang tidak kita sukai dari satu cerita mungkin saja menjadi daya tarik bagi penggemar genre tersebut. Jangan takut untuk mengkritik genre tulisan lain, selalu ada hal yang penting dan bisa dipelajari oleh semua jenis genre, dan setiap penulis/kritikus yang baik harus bisa menemukannya.

Pelajari tulisan-tulisan kritik orang lain –bukan cerita yang akan kita kritik tentunya. Ini membantu memahami apa saja yang harus di kritik dan bagaimana kritik itu dilakukan. Membaca kritik yang bagus akan membantu seorang pemula untuk mempelajari alat apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi kritikus yang baik.

Jangan lupa pula untuk mempertimbangkan target pembaca. Penting untuk mencari tahu target pembaca dari fiksi tersebut, dengan begitu, kita bisa mempertimbangkan, apakah karya tersebut sudah tepat untuk target pembaca-nya.Itulah, bagaimana kira-kira proses untuk melakukan kritik terhadap karya fiksi.  Selamat mengkritik .J

Belajar Kritik Fiksi Part 1

"Kritik itu mudah. Tapi, bagaimana melakukan sebuah kritik yang baik, ini yang jadi persoalan.”


Kau curahkan seluruh energi dan jiwamu untuk menulis sebuah cerita. Siang dan malam bergulat dengan huruf dan kata-kata, mencoba memberi nafas kehidupan pada tokoh-tokoh ciptaanmu, hingga akhirnya satu hari ceritamu selesai. Kemudian, dengan menguatkan hati, kau mengambil langkah berani selanjutnya - membiarkan orang lain untuk membaca karya tersebut, mungkin keluarga, teman, penulis lain atau editor.

Saat mereka mulai membuka lembar halaman pertama, dalam benakmu pasti penuh dengan berbagai macam lintasan pikiran atau pertanyaan, Apa ini maha karyamu? Apa semua teori tentang menulis sudah kau praktekan dengan baik? Apa ini akan jadi best seller? Tapi kau sudah mencurahkan yang terbaik untuk ini.

Perasaan itu pasti seperti berdiri menunggu keputusan hakim didepan pengadilan. Apa keputusannya adalah, 'Tidak Bersalah'? Lalu terdengar tepukan riuh dari seluruh pengunjung sidang yang memberi selamat.

Atau - kau akan mendengar vonis - 'BERSALAH untuk tulisan yang jelek'?

Tapi tunggu, sebelum terburu-buru menemui hakim dan meminta vonis, kenapa tidak kita lakukan lebih dulu kritik personal terhadap karya kita?

Loh, tidak subjektif donk? Tidak apa, ini memang bagian dari persidangan, mengumpulkan bukti-bukti yang akan menguatkan kita saat persidangan nanti. Setidaknya, kita bisa tahu, pertanyaan apa yang akan di ajukan nanti.

Begini, melakukan kritik itu mudah, karena kita memang dilahirkan dengan naluri untuk mengkritik. Persoalannya, bagaimana melakukan kritik yang baik, terutama untuk karya sendiri.

Seorang penulis profesional atau yang bermimpi menjadi profesional akan membekali diri dengan pengetahuan bagaimana untuk membuat tulisan yang baik dan benar. Sisi lain dari pengetahuan tentang menulis dengan baik ini adalah bagaimana melakukan kritik dengan profesional - sangat detail, mendalam, sistematis, menukik dari setiap sudut, hingga kelemahannya terbuka dan jelas terlihat.

Berikut ini beberapa point dan pertanyaan dari berbagai aspek penulisan fiksi yang mungkin berguna saat melakukan kritik. Tentu saja ada berbagai macam gaya mengkritik, daftar dan pertanyaan-pertanyaan ini hanyalah sebagai pisau analisis, bukan peraturan yang harus diterapkan dengan ketat.

Jadi, jika lain kali kau merampungkan karyamu, sisihkan sejenak didalam laci meja untuk beberapa hari. Pergilah bersenang-senang, kau memerlukan itu. Kemudian, ambil kembali karya tersebut, lalu kenakan ikat kepala bertuliskan kritikus, dan ajukan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini pada karyamu.

Proses Kritik

Jangan membaca kritik lain tentang cerita yang akan kita kritik. Ini akan membuat kita bias, penulis tentunya ingin mendengar pandangan kita yang jernih dan kesan pertama kita apa adanya.

Tuliskan kesan kita sebagai pembaca, apakah cerita itu menarik sejak paragraf pertama? Apa kita menikmati membaca naskah tersebut? Kira-kira, tipe orang seperti apa yang akan menyukai buku ini? Apa menurutmu cerita atau buku itu punya nilai jual?

Jangan lupa memberikan masukan, apa yang harus dirubah atau diperbaiki. Ingat, tujuan dari kritik hanya ada dua: (1) mengidentifikasi kelemahan dari karya tersebut dan (2) menawarkan nasihat membangun pada penulis yang mungkin akan membuat karyanya menjadi lebih baik. Menjelekkan sebuah cerita tanpa memberi sesuatu yang bermanfaat bagi penulis sangatlah tidak profesional.

Jika mungkin, berikanlah contoh perbaikan. Dengan memberikan contoh bagaimana sebaiknya menurut pendapatmu membuat maksud kita menjadi lebih jelas diterima.

Pujilah saat harus memberi pujian. Jangan lupa memberi beberapa komentar positif terhadap karya, saat penulis melakukan hal yang menurutmu sangat bagus.

Kritiklah karyanya, jangan penulisnya. Fokuskan perhatian pada cerita yang ditulis, jangan pernah mengomentari pribadi penulis. Sebagai penulis, kita tentunya ingin karya kita yang dikritik, bukannya kepribadian.

Tanya dirimu sekali lagi – sebelum mempublikasikan sebuah kritik: Apakah ini adalah contoh bagaimana aku ingin diperlakukan sebagai seorang penulis?

Hal Yang Perlu Di Perhatikan


  1. Pembukaan
  2. Konflik
  3. Plot
  4. Setting
  5. Karakter atau Penokohan
  6. Dialog
  7. Sudut Pandang
  8. Katakan vs Ceritakan
  9. Format Naskah
  10. Tata Bahasa
  11. Genre

Ups, sepertinya terlalu panjang. Kalau begitu pembahasan tentang apa saja yang perlu diperhatikan saya sambung di Belajar Kritik Fiksi Part 2.

See you..

09 September 2012

Orientasi Baru

Bertahun-tahun mati suri, bahkan blog ini sendiri sudah hampir ku lupakan. Rasanya rindu juga untuk kembali menghidupkan blog ini.

Blog ini sebenarnya memiliki potensi, mulai dari nama yang bagus hingga pilihan tema yang sesuai minat saya. Aku sendiri tidak ingat, apa yang membuat eksistensi blog ini termarjinalkan dari aktivitas sehari-hariku. Maksudku, aku masih tetap mencintai buku hingga hari ini, Rumah Baca juga masih tetap meminjamkan buku-bukunya, meski hanya untuk kalangan terbatas; keluarga, teman dan tetangga. Mungkin hanya sekedar rasa malas saja untuk sedikit meluangkan waktu mengisi blog ini.

Oke, mulai malam ini, secara resmi kunyatakan blog ini aktifkan kembali, tetap dengan dunia literatur dan perbukuan sebagai benang merah tentunyanya.

-tabik